INVESTASI 0NLINE TERBARU & AKURAT

HyperCompound - Solid. Professional. Profitable.

Surfing and Click for $6

Surfing and Click for $6
JOIN FOR FREE

PTC OK..!! Just click, get more $$$$

http://hits4pay.com/members/index.cgi?Arwen090808 JOIN FOR FREE AND GET $10 FOR SIGN UP...<<<

Main Facebook Dibayar...???

Main Facebook Dibayar...???
>>>JUST CLICK<<<

PTC INDONESIA

DEMI ORANG TUA

Jika diadakan survei pendaftaran CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil),”Mengapa Anda mendaftar CPNS ?”. Saya berani bertaruh, lebih dari 50% jawabannya adalah karena dorongan orang tua. Alasan yang paling klasik adalah jaminan hari tua (pensiun) dan keamanan kerja. Dengan segudang proteksi peraturan yang ada, sangat sulit PNS diberhentikan.

Alasan kedua adalah suatu kebanggaan bagi orang tua, jika anaknya dapat diterima sebagai pegawai negeri, karena belum tentu 1000 banding 1 yang diterima. Alasan yang ketiga, (mudah-mudahan tidak ada lagi yg berfikir seperti ini) penghasilan boleh kecil, namun ceperannya gedhe. Kalo ada alasan yang keempat, tapi semoga tidak berlaku lagi, kerjanya baca koran dan bisa jalan-jalan, sembari gaji tetap jalan. Yah, semoga alasan ketiga dan keempat sudah dibumihanguskan di jaman reformasi ini.

Di sisi lain, seorang kawan pengusaha di Pekanbaru. Usianya baru menginjak 27 tahun, namun telah memiliki omset usaha lebih dari 100 juta perbulan, dengan keuntungan bersih rata-rata 20 juta perbulan. Setelah berusaha lebih dari 2 tahun lamanya, dengan penghasilan jauh diatas gaji seorang manajer bank, ayahnya masih menginginkan ia untuk mendaftar CPNS. Namanya juga kultur ‘timur’, orang tua harus ditaati. Jadi mendaftarlah ia mengikuti tes CPNS. Memang dasarnya ‘brilian’ otaknya, diterimalah ia menjadi calon pegawai negeri. Pertanyaannya, apa yang ia akan kejar? Gaji? Dibawah 2 juta perbulannya, alias 10 % dari apa yang ia dapatkan dalam bisnisnya. Gengsi? Apa yang mau digengsikan dengan penghasilan seperti itu? Paling-paling cukup buat nyicil motor. Itupun kalau dia belum berkeluarga dan makannya berhemat ria. Yang terpenting, buat apa ia melakukan itu semua? Demi orang tuanya!

Sekarang kita telusuri apa yang menjadi motif sang orang tua, terutama ayahnya. Usut punya usut, sang ayah memandang ‘gejolak’ seorang pengusaha yang naik turun penghasilannya. Memang di usia usaha baru 2 tahunan, wajar saja penghasilan ia naik turun. Tapi, jika diakumulasi, apa yang ia capai selama 2 tahun, dengan aset yang ia miliki, rumah dan mobil, mana mungkin dibeli dengan 10 tahun gaji pegawai negeri? Kecuali korupsi! Ok, kita fokus aja ke ‘tujuan’ sang ayah memerintahkan anaknya jadi pegawai negeri, yaitu ‘KESEJAHTERAAN’, titik! Jadi menjadi ‘pegawai negeri’ bukanlah tujuan utama dari sang ayah, namun hal itu merupakan sarana (yang ayah ketahui) untuk mencapai tujuan (sejahtera). Anda menangkap maksud saya? Jika kita fokus ke tujuannya, caranya bisa jadi flexible.

Bayangkan jika kita memaksakan sesuatu yang tidak anak kita sukai, untuk dikerjakan. Menjadi pegawai negeri itu kan impian sang bapak bukan impian sang anak? Berapa banyak kasus orang tua memaksakan impiannya kepada anak-anaknya. Bukan hanya menjadi pegawai negeri, mungkin juga menjadi dokter, akuntan, arsitek, insinyur dan apapun itu, jika itu bukan obsesi si anak, mengapa kita ‘tega’ merebut kebahagiaan mereka? Dengan alasan ‘demi kebaikan mereka’, betulkah? Bukan demi ‘kenyamanan’ orang tua, biar nggak pikiran anaknya akan jadi apa?

Jika memang melihat anaknya sejahtera dan bahagia adalah tujuan orang tua, ya biarkanlah mereka “menjadi diri mereka sendiri”, bukan orang lain. Kecuali, anaknya masih belum punya arah yang jelas atau melenceng, itu lain perkara. Saya sering diminta pendapat oleh kawan-kawan yang mendapat kasus ‘pemerkosaan profesi’ seperti ini. Apa saran saya? Saya tanya dulu, yang penting kan tujuannya sejahtera, ya buktikan bahwa kamu bisa sejahtera dengan cara yang kamu yakini. Timbang aja resikonya,”Apakah jika kamu membangkang memilih profesi yang orang tuamu inginkan, kamu diusir dan dianggap durhaka?” Jika jawabannya ‘tidak’, ya lakukan saja sesuai keinginanmu. Toh suatu saat mereka akan melihat, bahwa apa yang kamu lakukan adalah ‘benar’. Tapi itu semua harus digarisbawahi,”Komunikasikan dengan cara yang santun dan tepat saatnya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Join with us on facebook